يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ المجادلة
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah : 11).
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Artinya :
"(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (Q.S. az-Zumar : 9).
Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan berikan pemahaman kepadanya tentang masalah agama." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).
Menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu termasuk di dalamnya menempuh jalan secara hakiki, yaitu berjalan menuju majlis-majlis ilmu (datang kepada para ulama), dan juga menempuh jalan dalam arti ma'nawi (tidak hakiki) yang dapat menghantarkannya kepada meraih ilmu, seperti menghafal, menelaah dan mengkaji.
Adapun tentang sabda Rasulullah SAW : "Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga" bisa dimaksudkan bahwa Allah SWT akan memudahkan baginya ilmu yang ia tuntut dan arungi, serta memudahkan jalan itu untuknya, karena ilmu adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada surga sebagaimana dituturkan oleh seorang salaf : "Orang yang menuntut ilmu akan ditolong dalam menuntutnya !".
Atau kata-kata "Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga", bisa pula dimaksudkan jalan pada hari kiamat, yakni "shirath" dan hal-hal lain sebelum dan sesudah melewati shirath.
Disamping itu, ilmu juga merupakan jalan yang paling dekat menuju kepada Allah. Oleh karena itu,barangsiapa yang menempuhnya, ia akan sampai kepada Allah Ta'ala dan kepada surga. Ilmu juga merupakan suluh yang menerangi jalan gelap gulita berupa kebodohan, keraguan dan ketidakjelasan masalah. Karena itulah, Allah menamakan kitab-Nya sebagai Cahaya.
Sehubungan dengan ilmu ini pula, disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar r.a, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari dada-dada manusia, melainkan Ia mencabutnya dengan cara mematikan para ulama. Dan dikala tidak ada lagi seorang alim pun, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Kemudian mereka ditanya (dimintai fatwa). Mereka pun berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan."
Sahabat Ubadah bin Shamit r.a pernah ditanya tentang hadits ini, dan beliau menjawab : "Kalau boleh aku katakan, bahwa ilmu yang mula-mula diangkat dan dicabut dari dada-dada manusia ialah ilmu khusyu' (ikhlas). Ubadah mengatakan demikian, karena sesungghunya ilmu itu terbagi dua, salah satunya adalah ilmu yang buahnya ada dalam kalbu, yaitu ilmu tentang Allah SWT, tentang sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menuntut rasa takut kepada-Nya, dan menuntut mahabbah, pengagungan, mengharap (raja'), dan tawakkal kepada-Nya. Inilah ilmu yang bermanfaat sebagaimana dilukiskan oleh sahabat Ibnu Mas'ud r.a : "Bahwa sekelompok kaum membaca Al-Qur'an dimana bacaannya tidak sampai kepada rongga tenggorokannya." (yakni tidak masuk kedalam hatinya). Namun apabila Al-Qur'an tersebut masuk ke dalam dada (hati) dan terhunjam di dalamnya, maka ia akan bermanfaat.
Imam al-Hassan r.a juga bertutur : "Ilmu itu ada dua macam : Ilmu dalam kalbu, yaitu yang bermanfaat dan ilmu lisan. Dan ilmu yang mula-mula diangkat (dicabut) ialah ilmu kalbu, yaitu ilmu batin yang memperbaiki dan meluruskan hati. Ilmu lisan merupakan hujjah (argumentasi) yang dapat mengelahkan orang lain dalam suatu masalah, sebagaimana dalam hadits :
"Al-Qur'an itu adalah hujjah (argumentasi) yang dapat membelamu ataupun menjatuhkan (mengalahkan)mu." (HR. Muslim).
Ilmu lisan ini akan tetap bercokol , ketika ilmu hati sudah hilang, sehingga manusia meremehkannya dan tidak tau apa yang dituntut oleh ilmu tersebut, baik mereka itu orang-orang yang memiliki ilmu ini maupun orang lain yang tidak memilikinya. Dan ilmu semacam ini akan hilang lenyap pergi dengan kepergian si pemiliknya. Saat itu terjadilah kiamat dan huru-hara atas orang-orang yang jahat dan sesat.
0 Response to "Ilmu dan Keutamaan Mempelajarinya"
Post a Comment