Menggembala dan Berdagang
Pada waktu kecil Nabi Muhammad menggembalakan kambing milik pamannya. Ia banyak memperoleh kepercayaan untuk menggembalakan kambing penduduk Makkah yang lain. Pekerjaan ini telah memberikan pendidikan yang sangat baik bagi diri Nabi Muhammad, seperti berlatih memiliki sifat ulet, sabar, tabah, tenang, dan terampil. Sifat -sifat inilah yang di kemudian hari sangat berguna dalam melaksanakan tugas - tugasnya sebagai Rasul, yang menyampaikan wahyu dari Allah kepada umat - umatnya.
Ketika berusia 12 tahun Nabi Muhammad mengikuti pamannya Abu Thalib ke negeri Syam untuk berdagang. Dalam perjalanan Nabi Muhammad banyak memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Nabi Muhammad dapat menyaksikan bekas -bekas peninggalan sejarah berupa puing -puing reruntuhan kerajaan Arab zaman dahulu.
Sewaktu tiba di Bushra, kafilah Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta yang alim bernama Bukhaira. Pendeta ini melihat adanya tanda - tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad. Pendeta tersebut mengatakan bahwa kelak Muhammad akan menjadi orang besar, pemimipin dunia dan akan menjadi rahmat bagi alam semesta. Pendeta tersebut menasehati Abu Thalib, agar segera membawa kemenakannya tersebut untuk segera pulang ke Makkah. Pendeta tersebut sangat khawatir terhadap keselamatan diri Muhammad, karena apabila tanda - tanda tersebut diketahui oleh yahudi, maka mereka akan membunuhnya. Abu Thalib kemudian segera membawa Muhammad kembali ke Makkah.
Setelah terjadi peristiwa tersebut, Abu Thalib menghentikan kegiatannya untuk berdagang ke luar kota Makkah. Ia merasa cukup untuk dengan usahanya di negeri sendiri, kota Makkah. Ia tidak mau lagi berpergian jauh, ia tinggal di rumah mengasuh anak-anaknya.
Keberhasilan Dalam Usaha
Muhammad telah dikenal oleh kaumnya sebagai pemuda yang berbudi luhur. Tingkah laku dan segala perbuatannya disenangi, karena ia jujur dan dapat dipercaya dalam segala hal.
Usia Abu Thalib pun semakin lanjut beliau selalu memikirkan anak-anaknya terutama keponakannya Nabi Muhammad, agar mempunyai mata pencaharian yang tetap dan mempunyai sumber kehidupan yang pasti untuk bekal hidupnya serta mengurus rumah tangganya kelak.
Dalam pikiran Abu Thalib terlintas sebaiknya Nabi Muhammad itu berdagang sebagaimana yang dikerjakan bangsa Quraisy dan biasa juga dilakukan oleh nenek moyangnya.
Pada waktu itu kota Makkah ada seorang saudagar besar, terkenal kekayaannya, kebangsawanannya, kemuliaan budi pekertinya dan keluasan pandangan pikirannya, namanya Khadijah binti Khuwalid. Di antara penduduk kota Makkah dan sekitarnya, baik lelaki dan perempuan tidak sedikit yang menjualkan barang dagangannya ke luar kota Makkah, seperti ke negeri Syam, ke Iraq dan lainnya.
Pada suatu hari Abu Thalib menemui Khadijah lalu menceritakan maksud dan tujuannya. Dengan singkat Khadijah pun menyetujuinya.
Khadijah meminta agar Muhammad bersedia menjalankan perniagaannya ke negeri Syam. Atas kepercayaan yang telah diberikan Khadijah, Muhammad menerimanya dengan baik.
Dengan dasar kejujuran dan kepercayaannya pada Muhammad, Khadijah kemudian menyerahkan barang - barang perniagaannya.
Muhammad berangkat membawa barang - barang perniagaan Khadijah ke negeri Syam dan didampingi oleh pembantu Khadijah bernama Maisaroh.
Dalam berniaga menjual barang - barang dagangan, Muhammad selalu berlaku jujur dan sopan santun sehingga selalu habis dan kembali ke Makkah membawa untung yang banyak.
Lain halnya pedagang - pedagang lain dalam menjual barang perniagaannya selalu melakukan tipuan atau sering berlaku tidak jujur dan kurang sopan.
Sepanjang perjalanan dari negeri Syam ke negeri Makkah, mereka senantiasa dilindungi oleh awan dari teriknya panas matahari. Kejadian ini merupakan kejadian yang luar biasa, karena hal ini hanya terjadi pada mereka dan tidak terjadi pada pedagang lain.
Setibanya di Makkah, Maisaroh menceritakan peristiwa - peristiwa yang dilihat selama berdagang dengan Muhammad kepada Khadijah. Mulai dari kejadian aneh selama perjalanan, sopan santun Muhammad dalam menawarkan dagangan sampai kepada keuntungan besar yang diperoleh karena barang yang selalu habis. Mendengar cerita Maisaroh, Khadijah sangat senang dan tambah tertarik akan keluhuran budi Muhammad.
Sebagaimana tercantum dalam QS An-Nisa ayat 135 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ
فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِير
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan(kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
0 Response to "Usaha - Usaha Nabi Muhammad SAW Dalam Membina Ekonomi"
Post a Comment