Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Isra' ayat 36 :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya :
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. al-Isra' : 36)
Oleh karena peran kalbu terhadap anggota tubuh yang lain dan kedudukannya yang penting bagaikan seorang raja (kepala) yang mengatur anak buahnya, dimana seluruh anggota tubuh bergerak dan bekerja sesuai dengan perintahnya, maka Rasulullah SAW bersabda tentangnya :
"Ingatlah ! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah di kalbu !" (HR. Bukhari).
Jadi hati itu raja segenap anggota badan, dimana mereka melaksanakan apa yang diperintahkannya. Suatu amal tidaklah beres dan benar, kecuali diawali niat yang benar dalam hati. Sebab ia bertanggung jawab kepada sah tidaknya amal-amal tersebut. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dengan demikian, melempangkan, meluruskan, dan membuat niat menjadi benar adalah pekerjaan paling utama yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang meniti jalan menuju Allah SWT. Memeriksa dan mengobati penyakit hati adalah juga penting dan harus dipelajari oleh orang-orang yang beribadah kepada-Nya.
Pembagian Hati
Ditinjau dari segi hidup-matinya hati, ia terbagi menjadi 3 macam, yaitu Hati yang sehat, Hati yang mati, dan Hati yang terkena penyakit (sakit).
1. Hati yang Sehat
Hati yang sehat adalah hati yang hanya dengannya orang dapat datang menghadap Allah dengan selamat pada hari kiamat. Allah SWT berfirman :
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya :
"(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Alloh dengan hati yang selamat." (Q.S asy-Syu'ara : 88-89)
Kalbu yang selamat ini didefinisikan sebagai "Kalbu yang selamat dari setiap nafsu / keinginan yang menyalahi perintah Allah, selamat dari setiap syubhat dan kesalahpahaman yang bertentangan dengan kebaikan (kebenaran), sehingga ia selamat dari penghambaan kepada selain Allah dan lepas dari perbuatan menjadikan hakim selain Rasulullah, yang akhirnya akan membuahkan keikhlasan beribadah (penghambaan semata-mata kepada Allah) dengan penuh mahabbah, tunduk, pasrah dan tawakkal, taubat, takut dan penuh harap kepada Allah. Bila ia mencintai sesuatu, ia akan mencintainya karena Allah. Bila ia membenci sesuatu, ia pun akan membencinya karena Allah. Apabila ia memberi, tidak lain karena Allah semata, sebagaimana jika ia melarang dan mencegah sesuatu, juga hanya karena Allah. Bahkan tidak hanya sampai disitu, ia pun terlepas dari tunduk dan bertahkim kepada setiap yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah SAW. Hatinya terikat kuat oleh pendirian seperti ini dalam menghadapi setiap orang, baik dalam ucapan maupun perbuatan sehingga ia tidak menyimpang kepada akidah dan pendirian lain. Ia tidak akan lancang terhadap Rasulullah SAW. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S al-Hujurat : 1)
2. Hati yang Mati
Kalbu (hati) yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya, dan tidak beribadah kepada-Nya dengan menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati jenis ini selalu berada dan berjalan bersama nafsu dan keinginannya walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia tidak perduli, dalam berkecimpung bersama hawa nafsu dan keinginannya, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak ? Ia berhamba kepada selain Allah. Bila ia mencintai sesuatu, ia mencintainya hanya karena hawa nafsunya, dan bila ia membenci sesuatu, ia membencinya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak atau mencegah sesuatu. Hawa nafsu telah menguasainya, telah menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kepandirian dan kelalaiannya adalah sopirnya. Ia diselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan duniawi semata. Hatinya tertutup oleh lapisan gelap cinta kehidupan dunia dan selera nafsu. Ia tidak menyambut dan menerima seruan kepada Allah, seruan tentang hari kiamat karena ia mengikuti syeitan. Hawa nafsu telah mentulikan dan membutakannya sehingga ia tidak tau mana yang batil dan mana yang hak. Maka bergaul dan berteman dengan orang-orang yang hatinya mati seperti ini berarti mencari penyakit, sedangkan berkumpul bersama mereka adalah bencana.
3. Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Hati semacam ini mengandung dua unsur. Di satu pihak terdapat mahabbah kepada Allah, iman dan ikhlas serta tawakkal dan yang sejenisnya, yang menjadikannya hidup. Tapi di lain pihak terdapat rasa cinta kepada selera dan hawa nafsu, rasa tamak untuk meraih kesenangan, mementingkan kehidupan dunia, hasad, takabbur, ujub, dan sifat-sifat lain yang dapat mencelakakan dan membinasakannya. Ia diisi oleh dua jenis santapan, santapan berupa seruan kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari kiamat, dan santapan berupa panggilan kepada kehidupan dunia. Yang akan ia sambut dari salah satu seruan ini ialah yang paling dekat pintunya kepadanya.
Maka hati yang pertama itu hidup (sehat), khusyu', lembut sifatnya, sadar, sedangkan hati jenis kedua mati, dan hati yang ketiga berpenyakit, yang mungkin bisa kembali selamat (sembuh) atau akan celaka dan mati
0 Response to "Hati dan Pembagiannya"
Post a Comment